Sejarah Nabi Muhammad Saw Dari Lahir Sampai Wafat Nu Online
Sumber-sumber Riwayat dari Nabi saw
Menurut akidah orang-orang Syiah, prinsip pertama adalah riwayat-riwayat para imam dari sisi kehujahannya sama dengan riwayat-riwayat Nabi yang mulia saw dan harus berpegang teguh dengannya, dan dari sisi ini tidak ada perbedaan di antara riwayat-riwayat tersebut. Oleh karena itu, Kutub al-Arba'ah (empat kitab seperti Usul al-Kāfi, al-Tahdzib, Man Lā Yahduruhu al-Faqῑh dan al-Istibshār) sebagai sumber dasar hadis-hadis Syiah, mencegah adanya pemilahan antara sabda-sabda Nabi saw dan para imam as, dan dalam berbagai tema telah dinukil riwayat-riwayat yang bermacam-macam dari mereka.
Meski demikian, masih ada sumber-sumber yang mengumpulkan kumpulan hadis dari sabda-sabda Rasulullah atau mengkhususkan sebuah bab terpisah untuk hadis-hadis nabi saw. Di antara sumber-sumber tersebut yang dapat disebutkan di sini adalah:
Biodata Nabi Muhammad Saw
Nabi Muhammad SAW adalah putra dari Abdullah dan Aminah. Beliau memiliki kakek bernama Abdul Muthalib yang merupakan sosok terhormat di Makkah.
M Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Membaca Sirah Nabi Muhammad: Dalam Sorotan Al-Quran dan Hadis-Hadis Shahih menjelaskan, Abdul Muthalib lahir pada 497 M. Ia merupakan tokoh sentral kedua dalam sejarah masyarakat Arab di masa Jahiliyah dan masa awal Islam.
Abdul Muthalib adalah putra dari Hasyim, Putra Abd. Manaf.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abdul Muthalib memiliki beberapa istri, salah satunya yakni Fathimah binti Amr bin Adiz yang melahirkan tujuh orang anak yang bernama Abdullah, Abdu Manaf (Abu Thalib), Baidha, Umaimah, Barrah, Atikah, dan Arwa. Fathimah binti Amr bin Adiz ini tak lain adalah nenek Nabi Muhammad SAW.
Tidak banyak catatan yang menceritakan riwayat masa muda Abdul Muthalib. Namun, beberapa sumber menyatakan bahwa ia adalah seseorang yang berbudi pekerti luhur dan menjauhi keburukan-keburukan di masa Jahiliyah seperti perzinahan serta kekerasan.
Abdul Muthalib adalah orang yang sangat berpengaruh di kalangan bangsa Quraisy. Ia merupakan orang tertua di kalangan Quraisy. Masyarakat begitu menghormatinya.
Ketika ada suatu permasalahan, maka Abdul Muthalib yang akan dimintai pendapatnya. Kakek Nabi Muhammad SAW adalah kepala bagi seluruh kota Makkah.
Di bawah kepemimpinan Abdul Muthalib, perdagangan dan ekonomi suku Quraisy dan penduduk Makkah mencapai puncak kesuksesan.
Dalam buku Sejarah Keteladanan Nabi Muhammad SAW oleh Yoli Hemdi, Abdul Muthalib digambarkan sebagai sosok yang memiliki perawakan sedang, berkulit bersih, tampan, berwibawa, berbicara halus dan sosok yang berani mengambil resiko.
Akhir hayat R.A. Kartini
Sejak menikah, R.A. Kartini pindah ke Rembang dan mengemban tugas sebagai seorang istri, dan guru sekaligus.
Aktifitas keseharian R.A. Kartini mulai terhambat setelah mengandung anak pertamanya. Kondisi fisiknya mulai menurun sehingga beberapa kali menderita sakit.
Pada 7 September 1903 R.A. Kartini sempat menulis surat kepada Nyonya Abendanon yang sudah mengirimkan hadiah untuk bayinya nanti dan menceritakan kondisinya.
Pada 13 September 1903 R.A. Kartini melahirkan seorang anak laki-laki dengan selamat yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat.
Setelah melahirkan kondisi R.A. Kartini nampak sehat dan berseri-seri. Namun pada 17 September 1903 Kartini wafat dalam usia yang masih sangat muda 25 tahun.
Kematian R.A. Kartini sangat mengguncang pikiran suaminya, R.M. Djojo Adiningrat. Kepada Nyonya Abendanon beliau juga menulis sebuah surat yang menceritakan kematian isterinya.
Itulah sejarah R.A. Kartini lengkap, mulai dari beliau lahir hingga wafat di usianya yang masih muda, tetapi sudah banyak berjuang untuk keberlangsungan generasi bangsa.
Nabi Muhammad SAW adalah keturunan bani Hasyim dari suku Quraisy. Menurut sejumlah Sirah Nabawiyah, nama Nabi Muhammad SAW berasal dari kakeknya, Abdul Muthalib.
Nama "Muhammad", sendiri berarti orang yang terpuji. Pada saat itu nama tersebut belum pernah dipakai oleh orang-orang Arab pada masa pra-Islam.
Nabi Muhammad SAW mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizhar bin Ma'ad bin Adnan dan selanjutnya hingga bertemu garis keturunan dari Nabi Ismail AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut disebutkan dalam buku Hidup bersama Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam karya Daeng Naja.
Sementara itu, merujuk dari buku Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XII M) karya Faisal Ismail, pilihan nama Muhammad yang diberikan oleh Abdul Muthalib kepada cucu tercinta sangat tepat, cocok, dan fenomenal.
Dikisahkan dalam buku tersebut, ketika banyak orang Quraisy yang bertanya kepada Abdul Muthalib mengapa ia memberi nama cucunya Muhammad, ia menjawab "Agar cucuku menjadi orang terpuji di langit di sisi Tuhan, dan terpuji di kalangan manusia di bumi."
Sementara itu, masih dalam buku yang sama menjelaskan bahwa kaum orientalis Barat generasi awal seperti Ignaz Goldziher, Theodor Noldeke, dan G. Well yang dengan maksud tendensius mengatakan bahwa nama asli Nabi Muhammad SAW bukanlah "Muhammad" melainkan Qusam atau Qutsamah.
Namun, pendapat ini tidak dibenarkan oleh para ulama. Sebab, riwayatnya palsu dan tidak jelas, sebagaimana dikatakan dalam buku an-Nabiy Muhammad, Insaniyah al-Insan wa Nabiy al-Anbiya karya Abdul Karim al-Khathib dan diterjemahkan oleh Jamaluddin.
Dalam jurnal berjudul Kajian Morofologis Nama-Nama Nabi Muhammad dalam Al-Qur'an karya Nabilatul Ulya juga menjelaskan mengenai nama-nama lain dari Nabi Muhammad SAW. Dijelaskan bahwa sosok nabi Muhammad SAW dinyatakan dalam sejumlah sebutan. Paling tidak, ada lima sebutan sosok Nabi Muhammad SAW dalam Al-Qur'an, yaitu Ahmad, Muhammad, Rasul, Nabi, dan Basyar (manusia biasa).
Masing-masing sebutan tersebut mempunyai karakteristik yang dapat membedakan antara sebutan satu dengan sebutan lainnya. Meski demikian, harus diakui juga bahwa masing-masing antara sebutan tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dari lainnya, karena kelima sebutan tersebut tetap bermuara pada satu objek, yakni sosok Muhammad SAW.
Nama lain Nabi Muhammad SAW tersebut turut dijelaskan dalam sejumlah hadits. Salah satunya dari Jubair bin Muth'im RA yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sungguh aku mempunyai beberapa nama. Aku adalah Muhammad, aku adalah Ahmad, aku adalah Al-Mahi (yang menghapus) yang denganku Allah menghapus kekafiran, aku adalah Al-Hasyir (yang mengumpulkan), yang manusia dikumpulkan pada qodam-ku (masa kenabianku), aku adalah Al-'Aqib (yang paling belakangan) yang tidak ada kerasulan sesudah itu." (HR Bukhari dan Muslim)
Selain itu, dalam riwayat yang berasal dari Abu Musa Al-Asy'ari RA ia berkata, "Dahulu Rasulullah SAW memperkenalkan dirinya pada kami dengan beberapa nama. Beliau berkata:
"Aku adalah Muhammad, Ahmad, Al-Muqaffi (mengikuti nabi sebelumnya), Al-Hasyir (yang mengumpulkan), Nabiyyut taubah, dan Nabiyyur Rahmah." (HR Muslim)
Banyak para ulama yang berbeda pendapat mengenai jumlah nama-nama Nabi Muhammad SAW, Ibnu Dihyah dalam kitab karangannya, berkata: Sebagian ulama berpendapat bahwa, jumlah nama-nama Nabi SAW itu sama seperti jumlah asmaul husna.
'Athif Qosim Amin al-Maliji dalam kitabnya, Asma' Nabi Fii al-Qur'an wa as-Sunnah‛, memaparkan nama-nama nabi itu adalah Muhammad, Ahmad, 'Abdullah, al-Ummi, ar-Rahiim, al-Basyir, asy-Syaahid/asy- Syahiid, an-Nadzir, ad-Da'i ila Allah, al-Muballigh, al-Hanif, al-Mahi, Rasul al-Malahim, al-Hasyir, Nabi at-Taubah, an-Nur, as-Sirojul Munir, al-Musthofa, al-Mudatstsir, al-Muzammil, ath-Thahir, al-Muthahar, al-Muthahir, al-Mutawakkal, al-Amin, ash-Shadiq, Thaha, al-Jami', al-Wali, al-Fatih, al-Hadi, Shohibul Kautsar.
Latar belakang keluarga
Dirangkum dari buku "Sisi Lain Kartini" oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, R.A. Kartini adalah anak perempuan yang lahir dari pasangan Raden Mas (R.M.) Sosroningrat dan Mas Ajeng Ngasirah.
Kartini lahir dalam lingkungan keluarga priyayi atau bangsawan, karena itu ia berhak menambahkan gelar Raden Ajeng (R.A.) di depan namanya.
R.M. Sosroningrat merupakan seorang Bupati Jepara pada 1880. Selain menikah dengan Mas Ajeng Ngasirah, beliau juga menikahi gadis bangsawan yaitu Raden Ajeng Woerjan.
Pernikahan R.M. Sosroningrat dan Mas Ajeng Ngasirah dikaruniai delapan orang anak, sedangkan pernikahan R.M. Sosroningrat dan Raden Ajeng Woerjan dikaruniai tiga orang anak.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua.
Kehidupan keluarga mereka berkecukupan sehingga R.A. Kartini dan saudara-saudaranya bisa tumbuh menjadi anak sehat dan cerdas.
Kedudukan Nabi dalam Keyakinan Syiah
Menurut akidah dan keyakinan Syiah, Nabi Muhammad saw adalah seorang Nabi dan Rasul. Karena beliau adalah nabi yang terakhir, maka tidak akan ada lagi nabi yang diutus setelahnya. Nabi Muhammad saw termasuk salah satu dari para nabi Ulul Azmi dan membawa ajaran syariat baru dari sisi Allah swt untuk manusia. Nabi saw adalah orang pertama dari empat belas manusia suci. Beliau bukan hanya maksum dalam penerimaan wahyu tetapi dalam segala aspek kehidupannya pun terjaga dari dosa. Begitu juga telah dinukil bahwa Nabi saw memiliki beberapa mukzijat dan yang terpenting dari itu semua adalah Alquran.
Nasab, Julukan dan Gelar
Silsilah keluarga Nabi saw
Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muththalib (Syaibah al-Hamd,'Amir) bin Hasyim ('Amr al-'Ula) bin Abdu Manaf (Mughirah) bin Qushai (Za'id) bin Kilab (Hakim) bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin Nadhr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah ('Amr) bin Ilyas bin Mudhir bin Nizar (Khuldan) bin Ma'adda bin Adnan. Salam atas mereka. [1] Ibu Nabi Besar Islam adalah Aminah binti Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Alamah Majlisi berkata, Syiah Imamiyah sepakat secara ijma' atas keimanan Abu Thalib, Aminah binti Wahab dan Abdullah bin Abdul Muththalib dan kakek buyut Rasulullah sampai Nabi Adam as. [2]
Nama-nama panggilan Nabi besar Islam adalah Abul Qasim dan Abu Ibrahim. [3] Sebagian gelar-gelarnya adalah: al-Musthofa, Habibullah, Shafiullah, Ni'matullah, Khairu Khalqillah, Sayidul Mursalin, "Khatam al-Nabiyin", "Rahmatan lil Alamin" dan Nabi al-Ummi. [4]
Awal Perjalanan Ke Syam dan Ramalan Seorang Pendeta Nasrani
Para sejarawan menulis bahwa Muhammad ketika kecil pernah mengadakan perjalanan bersama Abu Thalib, pamannya ke Syam dan di pertengahan jalan pada sebuah tempat bernama Bashra seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira melihat tanda-tanda kenabian pada dirinya. Ia pun berpesan kepada Abu Thalib untuk menjaga Muhammad dari bahaya gangguan kaum Yahudi sebagai musuhnya. Dikarenakan para rombongan telah menjauh dari Bukhaira, pendeta tersebut menahan Muhammad sejenak dan berkata kepadanya, "Aku bersumpah, demi Latta dan Uzza, apa yang aku tanyakan padamu, jawablah!" Muhammad saw menjawab, "Jangan bertanya kepadaku dengan nama Latta dan Uzza, karena sesungguhnya tidak ada yang lebih aku benci dari kedua nama tersebut." Kemudian Buhaira memberikan sumpah kepadanya dengan nama Allah swt.[11]
Dari peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sebelum pernikahan Nabi Muhammad saw, adalah keikutsertaannya dalam sebuah perjanjian bernama Hilf al-Fudhul, di mana sebagian penduduk Mekah ketika itu juga ikut hadir dalam perjanjian tersebut supaya mereka "melindungi dari setiap orang yang terzalimi dan mengembalikan haknya". Nabi saw di kemudian hari memuji perjanjian ini dan mengatakan bahwa seandainya sekali lagi beliau diajak untuk mengadakan perjanjian semacam ini, beliau akan ikut serta. [12]
Ketika Muhammad saw berumur 25 tahun, Abu Thalib berkata kepadanya: "Rombongan Quraisy sudah mulai bersiap-siap untuk berangkat ke Syam. Khadijah binti Khuwailid telah memberikan modal kepada sekelompok dari keluargamu supaya mereka berdagang untuknya dan bersekutu dalam keuntungan. Jika engkau mau dia juga akan menerimamu." Kemudian dia berkata dengan Khadijah dan ia menerimanya. Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa Khadijah telah mengenal Muhammad dengan kepercayaan dan kebesaran yang dimilikinya, kepadanya dipesankan: Jika engkau siap berdagang dengan hartaku, aku akan membayar sahammu lebih tinggi dari yang lain. [13]
Setelah perjalanan dagang inilah Khadijah dinikahi Muhammad saw.
Nabi Muhammad saw menikah dengan Khadijah pada usia 25 tahun.[14] Khadijah menjalani kehidupannya dengan Nabi Muhammad kira-kira selama 25 tahun dan akhirnya pada tahun 10 kenabian ia meninggal dunia. Setelah Khadijah wafat, Nabi menikah dengan Saudah binti Zam'ah bin Qais. Dan istri-istri Nabi setelahnya adalah: Aisyah, Hafsah, Zainab binti Khuzaimah bin Harits, Ummu Habibah binti Abu Sufyan, Ummu Salamah binti Abu Umayyah Makhzumi, Zainab binti Jahsy, Juwairiyah binti Harits bin Abi Dhirar, Shafiyah binti Huyai bin Akhtab, dan Maimunah binti Harits bin Hazan dan Mariah binti Syam'un. [15]
Khadijah Kubra adalah Ibu dari seluruh putra dan putri Rasulullah saw kecuali anak Nabi yang bernama Ibrahim. Karena Mariah adalah ibu bagi Ibrahim. Anak-anak Nabi saw selain Fatimah sa seluruhnya meninggal dunia di masa hidup Rasulullah, dan silsilah keturunannya hanya diteruskan oleh Sayidah Fatimah sa. Secara keseluruhan nabi memiliki 3 orang putra dan 4 orang putri. Dan mereka adalah:
Peristiwa Isra' dan Mi'raj
Isra' dan mi'raj adalah perjalanan Rasulullah saw di suatu malam dari Mekah menuju Masjid al-Aqsha dan dari situ beliau naik ke langit. Syiah dan Ahlusunah - berdasarkan ayat dan riwayat mutawatir - tidak berselisih pendapat tentang terjadinya peristiwa mi'raj; namun mereka berselisih pendapat tentang perincian- perinciannya, seperti waktu, tempat, berapa kali, tata cara, fisik atau spiritualnya. Peristiwa ini terjadi pada periode terakhir menetapnya Rasulullah saw di Mekah. Rasulullah dalam mi'raj melihat ayat-ayat Allah dan roh-roh sebagian para nabi yang mulia.
Tidak lama setelah keluarnya Nabi saw dari lembah Syi'b Abi Thalib, dua orang dari pendukung setianya, Khadijah dan Abu Thalib meninggal dunia. Nabi saw pergi melakukan perjalanan ke Thaif untuk menarik simpati penduduk kota tersebut. Namun penduduk masyarakat Thaif tidak bertindak baik kepada Nabi dan iapun kembali ke Mekah. [37]
Pengepungan Bani Hasyim
Setelah perkembangan Islam yang meningkat di Mekah, dan juga melihat penolakan raja Najasyi untuk mengembalikan orang-orang yang baru masuk islam yang berhijrah ke Habasyah, akhirnya orang-orang Quraisy menekan Muhammad saw dan bani Hasyim dari sisi ekonomi dan sosial. Mereka menulis surat perjanjian dan berjanji untuk tidak memberikan anak perempuan kepada anak keturunan Hasyim dan Abdul Muththalib atau tidak mengambil anak perempuan dari mereka, tidak menjual sesuatu kepada mereka dan tidak membeli sesuatu dari mereka. mereka menggantungkan surat perjanjian itu di tembok Kakbah. kemudian setelah itu, bani Hasyim dan bani Abdul Muththalib terpaksa menjalani kehidupan mereka di lembah yang bernama Syi'b Abi Yusuf yang kemudian dikenal dengan nama Syi'b Abi Thalib. [34]
Pengepungan atau pengasingan bani Hasyim berlanjut selama 2 atau 3 tahun. Dalam jangka waktu tersebut mereka benar-benar hidup dalam kesulitan yang sangat berat. Beberapa orang dari sanak famili mereka, secara diam-diam pada malam hari mengantarkan tepung gandum dan makanan lainnya kepada mereka. Pada suatu malam, Abu Jahal yang benar-benar memusuhi bani Hasyim, mengetahui hal tersebut. Iapun menghadang dan menghalangi Hakim bin Hizam yang biasa membawa barang berupa tepung gandum untuk Khadijah. Beberapa orang ikut campur tangan dan bangkit menegur perbuatan Abu Jahal. Sedikit demi sedikit beberapa kelompok dari mereka menyesali tindakan yang mereka lakukan dan mulai bangkit mendukung bani Hasyim dan mengatakan bahwa mengapa bani Makhzum hidup dalam kenikmatan sedangkan putra-putra Hasyim dan Abdul Muththalib hidup dalam kesengsaraan.
Akhirnya mereka berkata, surat perjanjian yang telah diputuskan tersebut harus dimusnahkan. Sekelompok dari orang-orang yang ikut dalam perjanjian tersebut berencana untuk merobek surat perjanjian tersebut. Dalam catatan riwayat Ibnu Hisyam dari Ibnu Ishaq dituliskan bahwa ketika mereka mengecek surat perjanjian, mereka melihat bahwa surat tersebut sudah dimakan rayap dan yang tersisa hanya tulisan "باسمک اللهم" . [35]
Ibnu Hisyam menulis: Abu Thalib pergi dan berkata kepada kaum Quraisy:
Permusuhan Quraisy dan Konsekuensinya
Ketika para pembesar Quraisy merasa khawatir dengan jumlah kaum muslimin yang kian bertambah, mereka datang menghadap Abu Thalib paman dan pelindung Nabi saw dan meminta kepadanya untuk menahan dakwah yang dimulai oleh keponakannya itu. Suatu hari mereka meminta kepadanya supaya Muhammad saw diserahkan kepada mereka untuk mereka bunuh dan sebagai penggantinya, dia berhak mengambil 'Umarah bin Walid seorang pemuda tampan dan menurut keyakinan mereka juga pintar. Abu Thalib berkata, "Aku harus menyerahkan anakku untuk kalian bunuh dan aku mendidik anak kalian? Alangkah sulit tugas itu." [30]
Kaum Quraisy dikarenakan terikat perjanjian dengan kabilah-kabilah lain, mereka tidak dapat mencelakai Nabi secara jiwa, karena jika hal itu terjadi maka mereka akan berhadapan dengan Bani Hasyim, dan kemungkinan ada hal-hal lain yang dapat menimpa mereka yang mungkin akan mempersulit mereka. Oleh karena itu, pertentangan mereka kepada Nabi hanya sebatas menjelek-jelekkan Nabi dan mencelakainya saja. Namun sikap mereka kepada orang-orang yang baru masuk Islam yang tidak mempunyai pelindung, mereka benar-benar menyiksanya. [31]
Kaum Quraisy sekali lagi datang menghadap Abu Thalib dan mereka meminta kepadanya untuk mencegah anak saudaranya itu untuk tidak menindaklanjuti langkah yang telah ia ambil. Kemudian Abu Thalib menyampaikan hal tersebut kepada anak saudaranya itu dan Nabi saw menjawab:
Biografi Nabi Muhammad Singkat
Berikut biografi Nabi Muhammad SAW dari lahir sampai wafat mengacu pada Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam edisi Indonesia terbitan Qisthi Press dan Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW karya Moenawar Chalil.